QUICK77 - Belum selesai melawan virus corona atau Covid-19, sekarang pemerintah Indonesia juga tengah bertindak melawan penyakit Demam Berdarah atau DBD. Penyakit ini masih jadi ancaman serius untuk masyarakat Indonesia.
Dalam waktu tiga bulan ini, kasus demam berdarah dengue (DBD) telah merengkuh 104 orang. Angka itu dicatat Kementerian Kesehatan dari Januari sampai awal Maret 2020. jumlah ini, jauh dari jumlah kematian karena virus corona yakni 1 orang.
Sementara jumlah kasus DBD di Indonesia sudah mencapai 16.099 di periode yang sama. Laporan kasus yang masuk dari 28 provinsi, dengan 370 kabupaten/kota yang terjangkit. Jumlah kasus DBD juga diperhitungkan bakal terus meningkat.
Empat provinsi yang memberitahukan kasus DBD tertinggi, yakni Nusa Tenggara Timur (2.711), Lampung (1.837), Jawa Timur (1.761), dan Jawa Barat (1.420).
Tiga provinsi teratas dengan jumlah kematian DBD tinggi, yakni Nusa Tenggara Timur (NTT) 32, Jawa Barat 15, dan Jawa Timur 13 kematian.
Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto mengatakan, permasalahan kesehatan di Indonesia bukan hanya virus Corona (Covid-19), tapi juga DBD. Bahkan dirinya mengatakan, yang paling mengancam jiwa masyarakat Indonesia saat ini adalah DBD.
Dirinya juga mengharapkan peran serta pemerintah daerah dan warga untuk bisa bersama-sama mencegah wabah DBD semakin meluas di wilayah itu, sehingga angka kematian karena wabah itu bisa ditekan.
Wakil Ketua Komisi IX, Emanuel Melkiades Laka Lena menilai DBD tak kala serius dengan penyakit yang tengah mewabah saat ini, yaitu virus corona.
"DBD puluhan orang sakit karena DBD, yang meninggal sudah 100 lebih," kata dia di Komplek Parlemen, Jakarta, Selasa (10/3/2020).
Melki menyebut anggotanya beberapa hari yang lalu mengunjungi wilayah terparah yang tertular DBD di daerah Nusa Tenggara Timur (NTT). Kunjungannya ke sana bersama dengan rombongan Kementerian Kesehatan.
"Sama Pak Menkes ke Kupang melihat warga itu udah kaya barak-barak pengungsian. Kan kita masih pikirkan DBD penyakit khas Indonesia. Corona itu penyakit impor itu," tegasnya.
Melki meminta semua anggota untuk tak membiarkan munculnya penyakit DBD di sejumlah wilayah. Karena penyakit DBD gak kalah mematikan dibandingkan dengan Covid-19 alias Corona.
"Corona sudah ada yang ngurus Pak Achmad Yurianto, kita percayakan ke dia," kata dia.
Mengganas di NTT
Kasus DBD yang melanda Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), semakin mengganas.
Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Purtanto, Senin (9/3/2020) siang mengunjungi Kabupaten Sikka.
Kedatangan menteri kesehatan selain membawa sejumlah bantuan obat-obatan dan peralatan kesehatan serta membawa 30 dokter dan 6 orang perawat untuk bertugas menangani pasien DBD di Sikka.
Ia juga mengatakan bakal mengerahkan tim medis untuk membantu proses pengobatan, proses logistiknya dan juga bakal mendorong proses promotif dan preventifnya.
"Kita membawa bantuan peralatan dan obat-obatan seperti yang dilihat dan pemerintah pusat bakal terus support sesuai dengan arahan dari Presiden Jokowi. Nanti para dokter dan perawat dari Jakarta bakal tinggal di sini sampai masalah DBD selesai," katanya.
Sementara Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo, mengatakan, berhubung DBD pemerintah dan masyarakat kabupaten Sikka dinilai lalai sehingga di tahun 2020 kasusnya meningkat cukup signifikan dari 620 menjadi 1.195 kasus sampai Senin (9/3/2020) siang.
"Berbagai macam usaha pemerintah dari awal Januari kita sudah lakukan. Kita juga tetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) dan telah diperpanjang sebanyak 4 kali serta sudah 1.065 orang yang sudah sembuh dari perawatan," jelasnya.
Dikatakan Robi sampai saat ini masih terdapat 130 pasien yang dirawat di RS TC Hillers Maumere dan RS St. Gabriel Kewapante serta berbagai puskesmas yang ada di Kabupaten Sikka.
Agar Tak Mewabah
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, untuk mencegah DBD terus mewabah, masyarakat diminta untuk pemberantasan sarang nyamuk, baik di rumah, sekolah, tempat umum ataupun rumah ibadah.
Kata Nadia, pemerintah juga berusaha memastikan logistik untuk tes DBD mencukupi di berbagai wilayah, selain juga persediaan abate, insektisida serta larvasida.
Nadia juga mengklaim pemerintah sudah melakukan langkah untuk mengantisipasi peningkatan kasus DBD di beberapa daerah.
"Menyiagakan rumah sakit untuk antisipasi peningkatan kasus DBD dan memastikan cairan dan alat infus tersedia," dia menambahkan.
No comments:
Post a Comment